F-16 Angkatan Udara Maroko - www.hobbymiliter.comUntuk fighter, AS mengandalkan awalnya F-105 Thunderchief. Namun, pesawat ini juga punya kendala besar untuk diajak bermanuver. Dari beberapa fakta nyata inilah, AS dapat dibilang geram. Sementara Soviet, sebagai pesaing dalam era Perang Dingin, makin jaya dengan produksi MiG-21 yang diproduksi begitu tinggi dan digunakan di banyak negara. Pesawat itu selain berkecepatan sangat tinggi, juga memiliki keandalan serta manuver sangat lincah. Terdorong untuk mematahkan supremasi MiG-21 ini, dibuatlah program pembuatan pesawat tempur ringan (LWF – Light Weight Fighter). John R. Boyd, kapten penerbang F-105 veteran Perang Vietnam membentuk tim bernama Fighter Mafia. Tim ini mengedepankan rumusan manuverabilitas pesawat berdasarkan pengalaman yang didapatkan dari perang udara di Vietnam. Konsep-konsep itu dituangkan dan akhirnya mengerucut kepada spesifikasi pesawat tempur yang diharapkan.

BACA JUGA :  Melirik Modifikasi T-62 Aljazair Dari Tank Menjadi Fire Support Vehicle

Kongress dan Departemen Pertahanan AS tertarik dengan proposal yang diajukan Boyd cs. Pesawat tidak perlu besar. Cukup berbobot 20.000 pon atau kira-kira setengah dari bobot F-15 Eagle. Mempunyai performa yang tinggi pada hitungan Mach 1,6 atau kurang darinya serta ketinggian terbang tak perlu lebih dari 40.000 kaki. Pesawat ini kelak akan menggantikan peran F-104 Starfighter. Lima industri dirgantara segera diminta mengajukan rancangan. Yakni Boeing, General Dynamics, LTV, Northrop dan Rockwell.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here