Phalanx CIWS in action

Phalanx CIWS mengandalkan tingginya Rate of Fire dalam penghancuran target - www.hobbymiliter.com
Phalanx CIWS mengandalkan tingginya Rate of Fire dalam penghancuran target .

Ada anekdot di AL AS yang mengatakan, “Jika Phalanx mulai beraksi, segera kenakan pelampung dan menjauhlah dari dek.” Wajar saja, mengingat bila CIWS mulai beraksi, berarti hanya ada Phalanx yang memisahkan antara hidup dan mati kapal dan para krunya. Seringkali dengan segenap potensinya, Phalanx sebagai sistem CIWS justru terbukti kurang berhasil dalam melindungi kapal dari ancaman rudal lawan. Ambil contoh dalam kejadian 17 Maret 1987. Di tengah panasnya Perang Teluk I antara Iran dan Irak, dua jet tempur Mirage F1 AU Irak berhasil mempermalukan AL AS dengan menembakkan dua rudal anti kapal AM39 Exocet ke arah USS Stark (FFG-31).

BACA JUGA :  Sejarah Perang Pattimura di Maluku Melawan Belanda

Satu rudal menembus sisi kiri anjungan namun untungnya tidak meledak. Sebanyak 37 kelasi gugur dalam tugas dan 21 terluka parah. Ini di tengah fakta bahwa Stark dijaga Phalanx, yang dalam momen sial ini sayangnya ternyata berada dalam mode standby. Begitu pula sistem Mk 36 SRBOC (Super Rapid Bloom off-Board Chaff), turut dimatikan. Sistem rudal penangkal SM-1 Standard tidak bisa menangkal karena arah kedatangan rudal masuk dalam titik buta (blind spot) radarnya. Kejadian fatal ini sebenarnya bisa ditangkal Phalanx apabila diaktifkan dalam mode otomatis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here