Namun, belum lagi pengalihan berlangsung, KSAU Saleh Basarah dikejutkan dengan disposisi Soeharto yang disampaikan Habibie. Presiden memintanya untuk menilai pesawat C-212 rancangan CASA-Spanyol yang gambar-gambarnya disodorkan Habibie. “Kami sebenarnya tak setuju, karena pesawat ini sebenarnya tak memenuhi syarat, baik untuk sipil maupun militer. Dijual keluar pun akan sulit karena harus berhadapan dengan dengan industri kedirgantaraan Inggris dan AS dan pesaing-pesaingnya di lain negeri. Tetapi sekali lagi, karena Presiden yang mengarahkan, kami tak bisa lain dari menyetujuinya.” IPTN pun akhirnya dibentuk pada tahun 1976.
Habibie nampaknya mengerti TNI AU geram terhadapnya, namun ia meredamnya dengan menyatakan bahwa fasilitas Lipnur hanya akan dipakai untuk perakitan. Ada 16 C-212 yang harus diselesaikan sebagai ‘batu loncatan’ menuju tujuan yang sesungguhnya. Namun, dari hari ke hari Habibie nampaknya kian sibuk dengan kesukaannya merancang pesawat. Usulan Saleh Basarah sebagai Komisaris Utama IPTN, yang kemudian dilanjutkan oleh ex oficio pejabat KSAU lainnya(KASAU otomatis merupakan Komisaris IPTN, dalam hal ini selanjutnya adalah Ashadi Tjahjadi), makin hari makin tak di dengar. Bersamaan dengan itu, karena faktor usia, teknisi AURI yang awalnya mendominasi hangar-hangar juga berangsur-angsur diganti teknisi sipil dan insinyur-insinyur yang dibawa Habibie. C-212 selesai, Habibie kemudian meneruskannya dengan CN-235 dan N-250, lalu N2130. Langkahnya kian sulit dicegah.