LRAD bekerja dengan cara memproduksi gelombang suara yang sangat kuat dan dapat disesuaikan kekuatannya serta dapat pula diatur rentang frekuensinya dan juga arah pancaran gelombangnya. LRAD dapat digunakan untuk memproduksi suara yang audible atau dapat didengar dengan baik pada jarak yang relatif jauh. Jika dibutuhkan, LRAD dapat juga digunakan untuk memproduksi suara yang akan terasa menyakitkan pada organ pendengaran manusia jika dipancarkan dan didengarkan oleh target atau penerimanya secara terus menerus.
Proses produksi gelombang suara ini dapat dilakukan melalui sekumpulan alat yang disebut Transduser Piezoelektrik. Transduser adalah sebuah alat yang mengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lainnya. Dalam sistem LRAD ini, perangkat Transduser mengubah impuls listrik menjadi suatu bunyi atau suara. Menggunakan arus listrik dari berbagai sumber yang tersedia, seperti baterai, genset, atau sumber tenaga listrik lainnya, perangkat LRAD mengirimkan muatan listrik ke deretan perangkat-perangkat Transduser Piezoelektrik yang kemudian mengubah muatan listrik ini menjadi gelombang suara. Semua Transduser ini diposisikan berderet berjenjang dengan dua set ukuran yang berbeda membentuk pola tinggi-rendah atau belang (staggered). Keseluruhan perangkat Transduser ini dipasang pada suatu penampang atau mounting yang ukurannya tidak terlalu besar. Hasil akhir dari konfigurasi ini adalah suatu antena yang dapat mengubah arus listrik menjadi gelombang akustik yang dapat disetting sesuai dengan frekuensi dan jarak yang dibutuhkan. Untuk dapat mencapai tingkat kekerasan suara pada kebutuhan tertentu, juga dapat diperoleh melalui amplitudo yang tercipta akibat konfigurasi susunan Transduser.
LRAD berbeda dengan perangkat sound system atau speaker biasa karena LRAD mampu menghasilkan suara dengan volume yang sangat tinggi. Selain itu, pembeda utama sistem AHD ini dari perangkat pengeras suara biasa juga terletak pada tingkat kejelasan suara, serta kemampuan perangkat ini untuk “menembakkan” gelombang suara yang terarah sesuai dengan kebutuhan, bisa ke satu titik maupun bisa ke seluruh penjuru atau area.
LRAD Untuk Kapal Perang Indonesia, Perlukah?
Dengan semakin berkembangnya spektrum ancaman di lingkungan daerah operasi, sudah seharusnya TNI khususnya TNI Angkatan Laut mulai memikirkan tentang penggunaan LRAD sebagai suatu sistem pemanggilan, identifikasi, dan peringatan dini serta sistem pertahanan non lethal untuk dipasang pada unit-unit kapal perangnya. Berdasarkan hasil pengecekan penulis, sampai saat ini, masih belum ada kapal perang milik TNI Angkatan Laut yang menggunakan sistem LRAD sebagai sistem defensif non lethal. Kedepan, dengan hadirnya kapal-kapal kombatan baru seperti Frigate kelas Brawijaya/PPA, Frigate Merah Putih, atau bahkan jika nantinya kapal Frigate kelas FREMM resmi diakuisisi, sudah sewajarnya bagi TNI AL untuk mulai melirik sistem perangkat LRAD sebagai salah satu unsur sistem senjata pelengkap kapal-kapal perang tersebut.