Sistem Propulsi CODAGOL, Tantangan Baru Untuk TNI-AL
Kapal-kapal perang jenis Frigate multi-peran kelas Brawijaya, diperlengkapi dengan sistem propulsi yang cukup unik. Merujuk pada informasi dari Fincantieri, sistem propulsi penggerak kapal yang dipasang pada kedua kapal perang PPA pesanan Indonesia ini mengadopsi sistem Combined Diesel And Gas Or Electric / CODAGOL. TNI-AL pernah memiliki pengalaman mengoperasikan mesin gas turbin pada medio tahun 1980-an beberapa kapal perang, diantaranya kapal cepat kelas Mandau (General Electric-Fiat LM-2500) dan kapal Korvet kelas Fatahillah (Rolls-Royce Olympus TM-3B). Hadirnya kapal perang jenis Frigate multi-peran PPA kelas Brawijaya kembali membawa mesin gas turbin (General Electric-Avio LM-2500+G4 jika mengacu pada kapal-kapal PPA milik AL Italia, yang harusnya spesifikasinya sama dengan yang akan dipakai TNI-AL) sebagai salah satu unsur sistem propulsi penggerak kapal di jajaran armada TNI-AL.
Lalu, apa tantangannya??? Tentu, pengoperasian mesin gas turbin yang terpasang pada kapal-kapal perang kelas Brawijaya sangat krusial bagi TNI-AL untuk kembali mengoperasikan mesin gas turbin setelah sebelumnya dominan hanya menggunakan mesin diesel sebagai mesin penggerak kapal/MPK. Efeknya, pengawak kapal terutama Departemen Mesin tentu harus mendapat pelatihan pengoperasian sebagai bentuk transfer teknologi dan ilmu pengetahuan (Knowledge & Technology Transfer). Disamping sisi keilmuan dan pengalaman operasi, hadirnya mesin gas turbin kembali ke kapal perang di jajaran armada TNI-AL melalui PPA, akan menjadi batu pijakan bagi TNI-AL jika kedepan TNI-AL resmi membeli dan mengoperasikan Frigate-Frigate lain dari berbagai sumber (Frigate Merah Putih/FMP; FREMM) yang sama-sama mengadopsi sistem propulsi Combined Diesel And Gas / CODAG. Standar Prosedur Operasi (SOP) penggunaan sistem propulsi gas turbin pada kapal-kapal perang kelas Brawijaya dapat digunakan sebagai contoh kasus dan sumber rujukan pengembangan standar untuk pengoperasian sistem propulsi gas turbin pada kapal-kapal perang lainnya yang akan dibeli atau memperkuat TNI-AL dan memiliki sistem propulsi yang sama.
Re-Training, Menjaga Keberlanjutan Knowledge Dari Pengawak Awal PPA
Hadirnya kapal-kapal perang kelas Brawijaya ke jajaran armada milik TNI-AL juga mengingatkan kita akan pentingnya re-training atau pelatihan ulang bagi awak kapal yang kedepannya mungkin akan mendapat rotasi penugasan di kapal perang kelas Brawijaya. Menurut hemat penulis, diperlukan adanya suatu standar dan set pelatihan yang harus diajarkan apabila terjadi rotasi atau pergeseran pengawak kapal dari yang sebelumnya mengawaki kapal perang lainnya di jajaran TNI-AL menjadi awak KRI Brawijaya, dan sebaliknya. Budaya re-training ini harus mulai digalakkan tidak hanya di kapal-kapal kelas Brawijaya saja, melainkan di seluruh unsur armada kapal perang yang ada di jajaran TNI-AL. Harapan penulis, jangan sampai terjadi kasus dimana awak kapal tidak mengerti dan tidak mengenali kapal yang diawakinya, sehingga menurunkan performa dan kesiapan tempur dari unsur kapal perang tersebut.
Besar harapan penulis dengan hadirnya kapal perang multi-peran jenis Frigate Pattugliatore Polivalente d’Altura atau PPA di jajaran armada TNI-AL, hadir pula berbagai kebijakan baru yang membangun dan mereformasi TNI Angkatan Laut menuju ke arah yang lebih baik lagi. Mari bersama kita wujudkan visi World Class Navy yang dicanangkan TNI-AL dengan tetap memastikan ritme modernisasi yang berjalan tidak hanya dari segi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang diakuisisi, tetapi juga dari segi pola pikir, konsep operasi, dan doktrin operasi juga harus mengalami modernisasi agar pengembangan postur kekuatan dan pengembangan kemampuan tempur TNI Angkatan Laut dapat berjalan dengan seimbang.
Trus larbugnya penulis setelah ppa datang?