Kapal perang jenis Frigate multi-peran PPA yang dibeli oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat TNI Angkatan Laut, disamping memiliki tingkat otomatisasi yang tinggi dan sistem senjata yang canggih, juga memiliki sistem deteksi kerusakan serta sistem penilaian kerusakan akibat pertempuran atau Battle Damage Assessment System yang modern, canggih, dan dibekali dengan unsur kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Sistem ini dapat mendeteksi bagian/komponen mana saja di kapal yang sudah mendekati waktu habis pakai (Near Life-cycle End) dan atau mengalami kerusakan (Damaged) dan secara otomatis akan memberi informasi kepada pengawak kapal (dalam hal ini Engineering Chief atau Kepala Departemen Mesin/Kadepsin di TNI-AL) serta Komandan Kapal (Dan KRI).
Di satu sisi sistem ini akan memudahkan Komandan kapal dalam menjadwalkan kalender perawatan kapal rutin atau Routine Maintenance Period pada masa damai, serta jika digunakan dalam kondisi perang, maka akan memudahkan penilaian atas kerusakan kapal akibat pertempuran sehingga keputusan Komandan apakah kapal perang ini tetap beroperasi dan bertempur atau berlayar kembali ke markas dapat dibuat lebih cepat berdasarkan pertimbangan taktis di lapangan. Akan tetapi, perlu diingat juga, dengan hadirnya sistem Damage Assessment dan AI yang membantu jalannya sistem tersebut, maka perlu dipikirkan pula soal mekanisme pengajuan perawatan baik dari sisi penjadwalan atau Maintenance Scheduling maupun dari sisi pengadaan suku cadang (Sparepart Acquisition). Sepengetahuan penulis, mekanisme pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan pemeliharaan dan perawatan atau Harwat kapal perang tidaklah sederhana. Banyak tahapan yang harus dilalui sampai suatu kapal perang itu dapat menjalani pemeliharaan dan perawatan di dok (Docking). Artinya, jangan sampai timbul penundaan atau Delay dan waktu tunggu atau Lead Time terhadap pengadaan barang dan jasa harwat kapal perang modern sekelas PPA ini. Dalam hemat penulis, jika peringatan dan notifikasi dari sistem analisa kerusakan dan perawatan kapal yang sudah dibantu pula dengan AI atau kecerdasan buatan ini tidak segera ditindaklanjuti karena panjangnya birokrasi pengadaan barang dan jasa pemeliharaan dan perawatan (Harwat), akan sangat fatal akibatnya terhadap performa dan kesiapan tempur dari unsur kapal perang terbaru milik TNI Angkatan Laut ini.
PPA Membuka Jalan Ke Doktrin dan Konsep Operasi yang Baru
Salah satu sistem senjata yang terpasang pada kapal-kapal PPA pesanan Indonesia dan menurut penulis cukup vital perannya adalah adanya 16 tabung sel peluncur rudal vertikal jenis SYLVER A50 VLS. Sistem SYLVER A50 VLS dapat menembakkan beberapa jenis rudal pertahanan udara (Hanud) diantaranya rudal hanud jarak pendek-menengah Aster 15, serta rudal hanud jarak menengah-jauh Aster 30. Khusus untuk Aster 30 sendiri, ada tiga varian yang sudah beredar yakni Aster 30 Block 0 sebagai varian dasar/awal, kemudian Aster 30 Block 1 sebagai varian dengan kemampuan anti rudal balistik jarak pendek (rudal balistik dengan jarak jangkau maksimal 600km bisa dihadapi oleh rudal Aster 30 Block 1 ini), dan yang paling canggih untuk saat ini adalah Aster 30 Block 1 NT (New Technology) yang mampu menghadang rudal balistik jarak pendek dan menengah (rudal balistik dengan jarak jangkau maksimal 1.500km bisa dihadapi oleh rudal Aster 30 Block 1 NT ini).
Hadirnya sistem senjata yang baru ini membuat TNI Angkatan Laut dapat memperoleh akses ke penerapan doktrin operasi dan konsep operasi pertahanan dari serangan rudal balistik milik lawan-lawan potensial nya. Ballistic Missile Defense atau BMD merupakan suatu kapabilitas yang baru bagi TNI-AL setelah selama ini hanya cenderung berkutat pada operasi pertahanan udara jarak pendek dan menengah (menggunakan rudal VL-MICA pada VLS kapal-kapal perang jenis Frigate kelas R.E Martadinata/SIGMA 10514). Dengan datangnya kapal perang jenis Frigate multi-peran PPA, besar harapan penulis agar TNI-AL mulai mempraktekkan konsep-konsep operasi pertahanan dari ancaman rudal balistik sehingga terbentuk pemahaman dan kemampuan tempur yang lebih dinamis, modern, serta Up To Date sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi militer.
Trus larbugnya penulis setelah ppa datang?