Uni Soviet berencana menggunakan tank T-72 sebagai komponen kunci dari kekuatan lapis baja mereka dalam potensi perang melawan NATO selama Perang Dingin. T-72 pada waktu itu merupakan tank yang relatif baru dan dianggap sebagai senjata yang mematikan, yang bisa memberikan keunggulan signifikan bagi Uni Soviet dalam melawan tank-tank NATO. Apalagi digunakan dengan jumlah yang amat massif ketika melewati Fulda Gap.
Uni Soviet percaya bahwa perlindungan dan firepower T-72 akan memungkinkannya untuk bertahan dari serangan tank-tank NATO dan menyebabkan kerugian berat bagi mereka. Uni Soviet juga yakin bahwa mobilitas T-72 akan memungkinkannya untuk dengan cepat manuver di medan perang dan memanfaatkan kelemahan dalam pertahanan NATO.
Uni Soviet berencana menggunakan T-72 dalam berbagai peran yang berbeda, termasuk:
- Operasi ofensif: T-72 akan digunakan untuk memimpin serangan Uni Soviet, menembus garis-garis NATO dan membuka kesempatan bagi pasukan Soviet lainnya untuk maju.
- Operasi defensif: T-72 akan digunakan untuk mempertahankan posisi defensif dan menolak serangan NATO.
- Operasi support: T-72 akan digunakan untuk memberikan dukungan tembak bagi pasukan Soviet lainnya, seperti infanteri dan artileri. Uni Soviet juga berencana menggunakan T-72 bersama dengan sistem senjata lain, seperti helikopter dan rudal pesawat tempur, untuk menciptakan kekuatan gabungan yang mampu mengalahkan pasukan NATO.
Namun, Uni Soviet tidak pernah memiliki kesempatan untuk menggunakan T-72 dalam perang skala penuh melawan NATO. Perang Dingin berakhir pada tahun 1991 karena Uni Soviet runtuh, bubar dan tercerai berai. T-72 sendiri masih digunakan di beberapa negara hingga saat ini, tetapi tidak lagi dianggap sebagai tank canggih.
Sejarah Operasional Tank T-72
T-72 telah digunakan secara luas dalam sejumlah konflik di seluruh dunia, termasuk yang signifikan diantaranya antara lain:
Perang Uni Soviet-Afganistan (1979–1989)
T-72 pertama kali dikerahkan ke Afghanistan pada tahun 1979, sebagai bagian dari invasi Soviet ke negara tersebut. Sebagai tank baru, Tank T-72 terbukti menjadi senjata yang kuat di medan pegunungan Afghanistan, dan mampu bertahan dari tembakan berat dari mujahidin Afghanistan. Namun, T-72 juga rentan terhadap ranjau dan improvised explosive devices (IEDs), dan mengalami kerugian berat di Afghanistan.
Perang Iran–Irak (1980–1988)
T-72 digunakan secara luas oleh Iran dan Irak selama Perang Iran–Irak. T-72 tampil baik dalam konflik ini, dan mampu menghancurkan sejumlah besar tank musuh. Namun, T-72 juga rentan terhadap senjata kimia yang digunakan secara luas oleh kedua belah pihak dalam perang tersebut.
Perang Teluk (1991)
T-72 adalah tank tempur utama Tentara Irak selama Perang Teluk. T-72 tidak mampu melawan tank M1 Abrams Amerika, yang dilengkapi dengan perlindungan dan kekuatan tembak yang lebih unggul. Tank andalan Irak ini mengalami kerugian berat dalam Perang Teluk, dan banyak tank Irak yang hancur atau ditangkap oleh pasukan Amerika. Apalagi ketika dihadapkan pada ancaman udara seperti A-10 Thunderbolt II yang mampu menghancurkan ratusan tank jenis ini selama operasi di perang Teluk ini, sampai sampai mendapatkan julukan tank killer.
Perang Saudara Suriah (2011 – sekarang)
T-72 telah digunakan secara luas oleh pemerintah Suriah dalam Perang Saudara Suriah. T-72 efektif dalam melawan pasukan pemberontak, tetapi juga rentan terhadap senjata anti-tank seperti rudal TOW. Arab Saudi membeli sekitar 10.000 rudal TOW dan diperkirakan sebagian didonasikan ke FSA dan juga Kurdi untuk melawan tank jenis ini.
Perang Rusia-Ukraina (2022–sekarang)
T-72 adalah tank tempur utama dari Angkatan Darat Rusia dalam Perang Rusia-Ukraina. Tank ini digunakan secara luas dalam pertempuran di Ukraina bagian timur, dan mengalami kerugian berat. Pasukan Ukraina berhasil menghancurkan banyak tank ini dengan senjata anti-tank seperti rudal Javelin.