Sejarah Ibu kota Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan – HobbyMiliter.com. Ibu kota Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya yang menggambarkan perkembangan negara Brunei dari masa ke masa. Kota ini telah menjadi pusat politik, ekonomi, dan budaya negara selama berabad-abad, dan menyimpan banyak cerita menarik tentang perjalanan Brunei sebagai sebuah negara yang berdaulat. Mari kita melihat lebih dekat perjalanan sejarah ibu kota yang megah ini.
Bandar Seri Begawan memiliki akar yang dalam dalam sejarah Brunei, yang kaya dengan peradaban dan kekayaan budaya. Pada abad ke-14, kota ini mulai muncul sebagai permukiman kecil di muara Sungai Brunei, dikenal sebagai Kampong Ayer. Kampong Ayer adalah perkampungan terapung terbesar di dunia, terdiri dari rumah-rumah tradisional yang dibangun di atas sungai. Tempat ini menjadi pusat kegiatan perdagangan, pertanian, dan perikanan, dan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan awal Brunei sebagai negara maritim.
Pada abad ke-16, Brunei mencapai puncak kejayaannya sebagai sebuah kerajaan maritim yang kuat dan makmur. Bandar Seri Begawan diangkat sebagai ibu kota resmi dan pusat pemerintahan Brunei. Pada masa ini, kota ini melihat pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama karena perdagangan rempah-rempah seperti cengkih dan lada, yang sangat diminati oleh pedagang asing. Brunei juga menjadi pusat kegiatan keagamaan, dengan pembangunan masjid-masjid megah yang menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran kerajaan.
Namun, pada abad ke-19, Brunei mulai menghadapi tekanan dari kolonialisme Eropa, terutama dari Inggris. Brunei terpaksa menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Inggris melalui Perjanjian Inggris-Brunei pada tahun 1847. Akibatnya, Bandar Seri Begawan menjadi ibu kota di wilayah yang tersisa dari Kesultanan Brunei.