Sebelum lahirnya Iron Dome, Israel mengalami kerusakan yang cukup merugikan akibat serangan roket yang dalam kurun 2005 hingga sekarang, semenjak menyerahkan wilayah Gaza ke Palestina dan mundur dari wilayah tersebut. Disebut tak kurang dari 2000 roket Hamas ditembakkan dan jatuh ke wilayah Israel setiap tahunnya.
Melihat perkembangan yang ada, Pemerintahan Amerika Serikat selalu mendukung pengembangan Iron Dome. Dalam anggaran tahun 2012 misalnya, Pentagon diperintahkan Undang Undang untuk menyediakan 205 juta dolar untuk pengembangan Iron Dome, sebagai tambahan terhadap bantuan militer yang nilainya hampir 3 miliar dolar yang sudah diterima Israel dari AS tahun 2011.
Bantuan ini adalah bagian dari kesepakatan perjanjian damai Israel dan Mesir di akhir 1970an, dimana setiap tahun, untuk menjaga perdamaian, Amerika memberikan sejumlah uang kepada Mesir dan Israel, yang dapat digunakan dalam pembangunan kekuatan militer kedua negara. Tentu jumlahnya berbeda.
Pendukung Iron Dome di DPR AS, yang selalu mengusulkan bantuan anggaran militer ke Israel menyebutkan, bahwa sistem ini dimaksudkan sebagai bagian pokok dari payung multilapis Israel untuk pertahanan antiroket dan antirudal. Tantangan tetap ada, yaitu bahwa roket yang akan diluncurkan oleh pejuang Hamas mungkin akan semakin banyak jumlahnya. Kalau begitu, jumlah roket penyergap Iron Dome mungkin pada suatu saat juga tak akan bisa mengimbangi.
Konsep serangan saturasi akan menjadi andalan bagi pejuang Palestina. Luncurkan roket sebanyak banyaknya, dimana jika jumlah roket yang diluncurkan dalam suatu waktu jumlahnya lebih banyak dari pada rudal interceptor Tamir yang disiapkan, tentu roket yang tidak tercegat akan mudah mencapai sasarannya tanpa halangan.
Satu perspektif menyebutkan, bahwa adanya sistem Iron Dome ini, rakyat Israel bisa merasa lebih tenteram, dan sistem ini juga di bidang diplomasi bisa ikut menambah kartu dalam perundingan damai. Namun dengan semua klaim suksesnya, sistem pertahanan seperti Iron Dome bisa menciptakan masa depan yang lebih suram di Timur Tengah. Ini pula yang dilihat oleh beberapa pengamat dengan sukses Iron Dome, maka Israel lalu akan nyaman dalam pola pikir defensif dan kehilangan minat dalam memajukan proses perdamaian. Padahal, kalau saja, diplomasi Israel bisa sekreatif seperti dalam hal pertahanan, barangkali solusi atas konflik dengan Palestina sudahh bisa ditemukan.
Bagaimana menurut pembaca HobbyMiliter.com? Tuliskan pandangan anda di kolom komentar.