Nah, karena ukuran bodi dan motor propelernya kecil, siapa pula yang bisa menyadari bahwa sekelompok orang tengah diikuti dari ketinggian ribuan meter. Bahkan, untuk suara motornya pun tak akan terdengar jelas lagi. Dengan profil seperti ini, maka beralasan lah jika Prabowo memilih UAV ini dalam Operasi Mapenduma. Dan, beralasan pula jika pasukan khusus Indonesia berminat memiliki peralatan canggih seperti ini demi kelangsungan misi serta program pelatihannya.
Dari tahun 1996 ke tahun 2022 tentu teknologi drone sudah sangat berkembang. Dalam waktu nyaris 30 tahun ini, Mazlat Scout ini tentu sudah sangat ketinggalan dengan katakanlah, Aerostar yang sama sama buatan Israel maupun dengan drone CH-4, dimana keduanya sama sama dimiliki oleh TNI. Di negara tetangga yang baik hati meminjamkan drone ini untuk operasi Mapenduma dulu pun, Scout sudah pensiun dan digantikan dengan IAI Searcher di akhir 90-an. Dan sekarang pun, IAI Searcher tersebut juga sudah pensiun di tahun 2011 dan digantikan oleh IAI Heron 1 dan IAI Hermes 450.
Akankah drone drone berteknologi canggih yang dimiliki TNI ini akan digunakan juga di Papua, sehingga bisa melacak posisi posisi kombatan OPM dibalik rimbunnya hutan lebat Papua dan bisa mengurangi korban jiwa gugurnya tentara tentara terbaik Indonesia? Atau sudah?
Mazlat Scout telah membuktikan di tahun 1996 bahwa operasi drone di Papua memungkinkan dilakukan.