Dengan berbekal pengalaman aktif berorganisasi saat masih muda, Bung Tomo kemudian terjun ke dunia politik dengan menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan, seperti Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata atau Veteran sekaligus sebagai Menteri Sosial Ad Interim saat era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap di periode 1955 hingga 1956 serta menjabat sebagai anggota DPR sebagai perwakilan Partai Rakyat Indonesia di periode 1956 hingga 1959. Akan tetapi Bung Tomo tidak merasa nyaman dan bahagia hingga akhirnya menyatakan mundur dan menghilang dari panggung politik.
Bung Tomo kemudian memilih kembali melanjutkan karirnya di dunia jurnalis. Akan tetapi Bung Tomo kembali muncul sebagai tokoh nasional di akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Soeharto. Hingga akhirnya pada awal tahun 1970 Bung Tomo memutuskan kembali ke kancah dunia politik karena tidak sepaham dengan pemerintahan Orde Baru pimpinan Soeharto yang dianggapnya sudah melenceng dan mengkritik keras berbagai program Soeharto.
Akibat kritikannya tersebut, Bung Tomo kemudian ditahan pemerintah Indonesia pada tanggal 11 April 1978. Setelah ditahan di penjara selama satu tahun, Bung Tomo dilepaskan Soeharto dan tidak lagi memperlihatkan sikap vokalnya terhadap pemerintahan. Saat itu Bung Tomo walau masih tetap menunjukkan minat pada berbagai masalah politik namun memutuskan tidak aktif dalam dunia politik lagi dan menyatakan dirinya lebih memilih untuk konsentrasi pada keluarganya.
Walau Bung Tomo sangat bersungguh-sungguh menjalani kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya adalah Muslim yang saleh maupun sebagai calon pembaharu di dalam agama Islam.
Kemudian pada tanggal 7 Oktober 1981 khalayak ramai dikejutkan akibat tersiarnya pemberitaan bahwa Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah saat sedang menunaikan ibadah haji. Jenazah Bung Tomo yang meninggal di usia 61 tahun kemudian dipulangkan kembali ke tanah air, hal tersebut berbeda dengan tradisi memakamkan jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci di Mekkah. Bung Tomo pun dimakamkan bukan di Taman Makam Pahlawan, namun di Tempat Pemakaman Umum Ngagel yang berlokasi di Surabaya sesuai permintaannya saat masih hidup.
Sepeninggal Bung Tomo, muncul banyak polemik yang mengatakan Bung Tomo layak diberi tanda jasa gelar Pahlawan Nasional mengingat jasanya dalam membakar semangat juang para pemuda dan pejuang Surabaya. Akhirnya setelah desakan Gerakan Pemuda Ansor dan Fraksi Partai Golkar tanggal 9 November 2007, Bung Tomo diberikan gelar Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan tersebut disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu saat itu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.
Sekian artikel singkat yang berisikan informasi terkait biografi Bung Tomo. Semoga jasa dan perjuangannya dalam upaya meraih kemerdekaan Indonesia tidak akan dilupakan serta terus dihargai oleh para generasi penerus bangsa Indonesia, saat ini maupun di masa yang akan datang.