Nah, senapan yang berada ditangan para serdadu Fretilin ini kemungkinan besar bukanlah berasal dari pabrikan Heckler & Koch Jerman, melainkan dari Portugal sendiri, dimana industri senjata dalam negeri Portugal – Fabrica do Braco do Prata – juga memproduksi G3 dalam jumlah besar untuk keperluan pasukan mereka. G3 sendiri merupakan service rifle di angkatan bersenjata Portugis selama puluhan tahun.
Senapan Mesin dan Mortir Infanteri
Dari beberapa kisah pertempuran yang pernah terdengar saat masa Seroja, ada cerita saat pasukan TNI dihadang oleh senapan mesin atau dihujani tembakan mortir. Yak, Fretilin juga mengoperasikan beberapa type senapan mesin dan mortir infanteri. Dirunut dari persenjataan standar pasukan Portugal sendiri, berikut beberapa type senapan mesin dan mortir yang dipergunakan sebagai senjata Fretilin dalam menghadapi ABRI waktu itu :
Madsen Light Machine Gun
Senapan mesin ringan buatan Compagnie Madsen A/S dari Denmark ini merupakan salah satu light machine gun yang dipergunakan oleh pasukan Portugis. Dirancang pada tahun 1896. Madsen LMG merupakan salah satu senjata yang paling eksis dari mulai Perang Rusia-Jepang, Perang Dunia I, hingga konflik terkini yang terjadi di dunia saat ini. Dalam beberapa pertempuran, pasukan TNI menyita Madsen LMG dari tangan milisi Fretilin yang tewas atau menyerah.
MG-34 GPMG
Mulai dioperasikan oleh Militer Jerman pada 1936, senapan mesin multi fungsi (atau yang biasa kita sebut senapan mesin sedang atau senapan mesin regu) MG-34 yang mempergunakan amunisi 7,92×57 mm Mauser ini dianggap sebagai senjata paling advanced untuk jenisnya pada masa itu. Portugis juga mempergunakan GPMG ini didalam angkatan bersenjata mereka – dan dalam kasus Timor-Timur – banyak yang beralih tangan ke pasukan Fretilin.
MG-42 GPMG
MG-34, dengan segala kesuksesannya, begitupun dianggap cukup mahal dan rumit untuk diproduksi. Maka militer Jerman berniat mencari alternatif senapan mesin lain yang lebih murah dan mudah dibuat ; lahirlah MG-42 (walaupun ternyata MG-34 juga tetap diproduksi sampai akhir perang). Sama seperti pendahulunya, MG-42 yang juga mempergunakan amunisi berkaliber 7,92×57 mm Mauser, menjadi momok bagi pasukan Sekutu yang berhadapan dengan tentara Jerman di Perang Dunia II. Angkatan Bersenjata Portugal pun mengadopsi dan mempergunakan MG-42 dalam perang kolonialnya. Senapan mesin ini juga dipergunakan Fretilin sebagai senjata untuk menempur ABRI yang datang ke Timor-Timur waktu itu.
Mortir M2 60 mm
Mortir buatan Amerika Serikat ini dikembangkan dari versi lebih beratnya yakni M1 yang mengusung kaliber 81mm. M2 yang berkaliber 60 mm ini difungsikan untuk memberi bantuan tembakan yang lebih ringan untuk pasukan sekelas kompi. Dengan jangkauan tembakan hingga 1,8 km dan mulai dipergunakan pada PD II, M2 Infantry Mortar masih eksis di beberapa belahan dunia hingga sekarang. Salah satu pihak yang pernah mengoperasikannya adalah Angkatan Bersenjata Portugal.
Morteirette de 60 mm
Tidak ditopang oleh tripod, mortir buatan Portugis ini dioperasikan dengan memegangi mortir pada posisi sesuai kemiringan yang diinginkan sambil menginjak tali pegangan mortir yang terbuat dari bahan kulit yang kuat. Kendati dianggap sangat mobile dan bisa cepat memberikan reaksi bantuan tembakan, mortir ini memiliki kekurangan dalam kestabilan dan jarak tembakannya.
Selain beberapa jenis light firearms yang telah disebutkan diatas, Fretilin juga mempergunakan ragam persenjataan lain seperti ranjau darat (tercatat sebuah tank PT-76 Marinir rusak terkena ranjau darat yang dipasang Fretilin dan menewaskan seluruh awaknya) dan juga granat tangan dari berbagai jenis.