Sejarah mencatat pada akhirnya UDT dan Apodeti berpihak kepada kubu Indonesia untuk mengintegrasikan Timor-Timur, meninggalkan kubu Fretilin yang tetap bersikukuh untuk berdiri merdeka dan mengobarkan perlawanan kepada pasukan Indonesia dan aliansinya. Sebagai catatan, sebagian besar persenjataan eks Portugis jatuh ke tangan pasukan Fretilin.
Seiring semakin intensnya pertempuran antara kedua kubu dan disertai berjalannya waktu, semakin beraneka ragam pula jenis senjata yang diperoleh Fretilin, sebagian besar tentunya merupakan rampasan dari militer Indonesia. Namun berikut akan kita batasi dulu dengan jenis persenjataan yang memang sudah dipegang oleh pasukan anti integrasi tersebut sebelum masuknya TNI ke Timor-Timur.
Senjata Fretilin Pistol dan Senapan
Pistol Walther P-38/P-1
Pistol besutan pabrikan Walther Arms Jerman ini merupakan salah satu pistol standar angkatan bersenjata Portugal. Dulunya Walther P-38 dirancang untuk menggantikan Luger P-08 yang dianggap mahal. Varian P-38 diproduksi dari tahun 1939 hingga 1945, sementara varian P-1 diproduksi dari tahun 1957 sampai tahun 2000. Pistol semi otomatis dengan kaliber 9×19 mm ini biasanya disandang oleh para komandan Fretilin di lapangan.
Senapan Mauser
Pasukan Fretilin yang konon mendapat dukungan penuh dari eks Tropaz mempergunakan senapan bolt action mauser Kar98/ 937 Portuguese contract. Senapan berkaliber 7,92×57 mm ini merupakan senapan warisan pasukan kolonial Portugal. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa Fretilin mempergunakan senapan mauser swedish yang mempergunakan kaliber peluru 6,5×55 mm.
SMG M948 FBP
M948 FBP adalah Sub Machine Gun buatan Portugal dengan kaliber amunisi 9×19 mm. SMG ini juga sudah malang melintang dipergunakan pasukan Portugal dalam perang kolonial mereka di Afrika. Dari foto-foto dapat terlihat milisi yang menenteng pistol mitrialur yang kurang dikenal ini, sepintas terlihat seperti MP-40 atau Grease gun.
Battle Rifle G3
Nah kalau milisi Fretilin yang masih newbie katanya biasanya dibekali bedil sekelas mauser yang bolt action, beda dengan para kombatan yang sudah lama berada di bawah asuhan Portugis (para eks Tropaz). Pasukan ini biasa dikenali dengan penampilannya yang lebih “rapi”, tidak terlalu brewok, sering mengenakan seragam, dan, menenteng senapan G3 sebagai senjatanya.
Performa senapan G3 plus kemampuan militer eks Tropaz yang lebih mumpuni dibandingkan rata-rata milisi sering menjadi momok bagi pasukan TNI yang berhadapan dengan mereka di medan pertempuran (apalagi mungkin untuk prajurit yang membawa SP1). Battle Rifle G-3 berkaliber 7,62×41 mm, berkemampuan tembakan semi dan full automatic.