“Untuk kebutuhan hidup (termasuk gaji perbulan dengan mata uang dollar), kami dijamin oleh pemerintah Pakistan…” ungkap Budi.
Menurut Budi, tak ada sama sekali kontak senjata terjadi dengan India selama rombongan Indonesia ada di Karachi. Kegiatan militer hanya sebatas patroli dan latihan bersama saja. Jika pun ada kontak radio dengan kapal selam India, itu sebatas hanya “pamer kekuatan” saja untuk sekadar perang urat syaraf.
Budi mengaku selama hidup di Karachi semuanya memang serba terjamin. Bukan saja soal makanan, tetapi juga mereka difasilitasi berbagai hiburan seperti menonton film di bioskop secara gratis. Namun soal makanan, sesungguhnya orang-orang Indonesia merasa tidak begitu cocok.
“Mereka kan makanannya itu sejenis roti dan karee ya, kita sebetulnya kurang suka itu,” ujar Budi.
Awal Maret 1966, misi militer Indonesia di Pakistan yang diberi sandi Operasi Nasakom itu pun dinyatakan selesai. Saat melepas kru Hiu Kencana, Presiden Ayub Khan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada segenap anggota Gugus ke-10 ALRI. Mereka, kata Ayub, merupakan contoh terbaik “prajurit-prajurit Ampera” yang bisa dicontoh oleh prajurit-prajurit dan rakyat Pakistan.
“Ketika meninggalkan Karachi, kami dilepas dengan barisan kehormatan pula seperti saat kali pertama kami datang,” kenang Budi. Maka berakhirlah petualangan Korps Hiu Kencana ALRI di Pakistan.