kepopuleran sistem tersebut menghasilkan “lapangan pekerjaan” bagi perusahaan-perusahaan di Eropa timur, utamanya setelah Uni Soviet runtuh dimana perusahaan pembuat senjata dan biro desain teknis tidak bisa lagi bergantung pada subsidi negara.
Salah satu perusahaan diatas adalah Tetraedr dari Belarusia. Perushaan ini bergerak di bidang pemeliharaan serta peningkatan kemampuan daripada sistem hanud era Soviet yang masih dioperasikan negara-negara pembelinya. Mereka sanggup melakukan peningkatan kemampuan dan dukungan terhadap sistem-sistem seperti S-125 (SA-3 Goa) dan tentu saja 9K33 (Sa-8). Profil mereka dapat dilihat pada link berikut.
Program peningkatan kemampuan mereka tidak hanya terbatas pada sekedar penggantian komponen ke yang lebih modern namun juga secara umum meningkatkan daya jangkau dan ketahanan terhadap pengacau elektronik (ECM).
Osa-1T/Cakra Baskara
Sistem ini adalah varian upgrade daripada Osa-AKM. Dari luar kelihatannya tidak ada perubahan, namun di bagian dalam. Tempat kerja awak Hanud sudah berubah, dari semula analog menjadi Digital.
Selain perubahan dari analog ke digital. Osa-1T yang diiklankan di Indonesia memakai sasis kendaraan baru yaitu MZKT-69221. Kendaraan ini adalah lebih besar daripada BAZ-5937. Sayangnya ia tidak memiliki kemampuan amfibi. Namun kapasitas muatannya lebih besar dan memungkinkan untuk mengadaptasi rudal baru yaitu Stiletto yang dikembangkan oleh Tetraedr bekerjasama dengan perusahaan Luch dari Ukraina.
T-38 Stiletto
Varian dari Cakra Baskara ini mungkin dapat disebut sebagai varian “ultimate” daripada Sa-8. Bekerjasama dengan perusahaan Luch dari Ukraina. Tetraedr melakukan pemutakhiran mendalam terhadap Sa-8.
Dapat dilihat perbedaannya selain pada sasis juga pada kapasitas rudal yang sebelumnya tidak dapat dicapai pada sasis BAZ-5937. Rudal yang digunakan diberi nama T-382 yang dikembangkan oleh Luch. Rudal ini mampu mencapai jarak 20 Km, atau 2 kali daripada 9M33M2 yang hanya 10-12.5 km.
Pengembangan rudal baru ini dianggap perlu karena ya stok rudal 9M33 yang tersedia dari zaman Soviet lama-lama akan habis. Dengan demikian diperlukan rudal baru yang lebih baik.
Perlukah Indonesia ?
Tentu pertanyaan terakhir yang bakal muncul adalah “apakah Indonesia tertarik atau perlu sistem ini ?” Sistem Osa ini adalah menarik karena ia mampu “mandiri” dalam artian semua sensor yang diperlukan itu ada dalam 1 kendaraan.