Barulah pada tanggal 3 Februari 1925 organisasi tersebut berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia dengan semboyan Indonesia Merdeka walau dikatakan dalam bahasa Belanda. Para anggota pun memperluas jangkauan politik mereka dengan mengikuti berbagai kegiatan di dunia internasional hingga mendapat perhatian dunia internasional. Beberapa keterlibatan mereka dalam kegiatan internasional antara lain adalah::
- Mengirim delegasi yang dipimpin Mohammad Hatta pada Kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional buat perdamaian di Paris tahun 1926.
- Mengirim delegasi yang terdiri dari Mohammad Hatta, Batoto, Nasir Pamuncak, serta Achmad Soebardjo pada Kongres I Liga Penentang Imperialisme dan penindasan kolonial di Berlin tahun 1927.
Namun Perhimpunan Indonesia kerap mendapat tekanan dari pemerintah Belanda, terutama setelah pemberontakan Partai Komunis Indonesia di tahun 1926. Meski demikian, Semaun bersama Mohammad Hatta pada tanggal 25 Desember 1926 menandatangani kesepakatan yang menekankan pada upaya Perhimpunan Indonesia buat tetap pada garis perjuangan kebangsaan serta menghimbau PKI agar tidak menghalangi perwujudan cita-cita Indonesia Merdeka. Kesepakatan tersebut kemudian dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun.
Cita-cita Perhimpunan Indonesia yang dikembangkan sejak tahun 1925 memperhatikan masalah sosial, ekonomi dan menempatkan Kemerdekaan sebagai tujuan politik. Cita-cita tersebut kemudian tertuang dalam empat Pokok Ideologi, yaitu:
- Kesatuan Nasional
- Solidaritas
- Non-Kooperasi
- Swadaya
- Partai Nasional Indonesia atau PNI
Pembentukan PNI dilatarbelakangi situasi sosio politik yang kompleks serta rumit, salah satunya adalah pemberontakan PKI tahun 1926 yang membangkitkan semangat buat menyusun kekuatan baru demi menghadapi pemerintah kolonial.
PNI sendiri dibentuk pada tanggal 4 Juli 1927 dalam Rapat Pendirian Partai di Bandung yang dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, Soedjadi, Mr. Budiarto, serta Mr. Soenarjo.
Ir. Soekarno kemudian mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI dalami mengobarkan semangat perjuangan nasional. Cakupan Trilogi tersebut adalah:
- Kesadaran Nasional
- Kemauan Nasional
- Perbuatan Nasional
Tujuan PNI sendiri adalah serupa dengan kebanyakan organisasi pergerakan nasional Indonesia saat itu, mencapai Indonesia Merdeka. Demi mencapai tujuannya, PNI memakai tiga asas, yaitu:
- Berjuang dengan usaha sendiri atau self-help dan nonmendiancy
- Sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi
- Dasar perjuangan adalah Marhaenisme
Berbagai kegiatan yang dilakukan PNI dengan cepat menarik minat massa hingga membuat pemerintah kolonial cemas dan memperketat pengawasan terhadap kegiatan politik, seperti melakukan penggeledahan dan penangkapan.
Seiring desas desus PNI bakal lakukan pemberontakan, maka pemerintah kolonial menangkap keempat tokoh PNI, yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoeprojo, Supriadinata serta Markun Sumodiredjo. Ir. Soekarno melakukan pembelaan yang diberi judul Indonesia Menggugat dalam proses pengadilan.
Penangkapan keempat tokoh tersebut menggoyahkan keberlangsungan partai hingga tanggal 25 April 1931 saat Kongres Luar Biasa diambil keputusan buat membubarkan PNI. Keputusan ini menimbulkan pro kontra dimana Mr. Sartono kemudian membentuk Partindo, sementara Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir membentuk Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Walau keduanya masih memakai asas self-help dan nonkooperasi, namun ada perbedaan dalam strategi perjuangan dimana Partindo lebih mengutamakan aksi massa sebagai senjata paling tepat buat mencapai cita-cita Indonesia Merdeka, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial.
Tokoh Pergerakan Nasional
Beberapa tokoh pergerakan nasional diantaranya adalah:
- Wahidin Sudirohusodo, pencetus berdirinya Budi Utomo.
- Sutomo, ketua Budi Utomo.
- O. S. Cokroaminoto, ketua Serikat Islam.
- Samanhudi, pendiri Serikat Dagang Islam.
- Agus Salim, salah satu tokoh Serikat Islam Putih.
- Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat yang lebih dikenal dengan Tiga Serangkai, pendiri Indische Partij.
- M. Noto Suroto, pelopor pembentukan Perhimpunan Indonesia serta Manifesto Politik.
- Soekarno, pelopor Perhimpunan Nasional Indonesia.
- Mohammad Hatta.
- Sutan Syahrir.
- Mohammad Husni Thamrin.
- Mohammad Yamin.
- H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
- A. Kartini, pejuang emansipasi wanita Indonesia..
- R. Supratman.
- Dewi Sartika
- Maria Walanda Maramis.
Demikianlah artikel terkait sejarah serta tokoh pergerakan nasional di Indonesia. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kamu terkait topik tersebut ya.