Douwes Dekker bertemu dengan Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara atau Suwardi Suryaningrat serta Abdul Muis dan mengembangkan Indische Partij hingga memiliki 30 cabang dengan 7.300 anggota yang sebagian besar orang Indo-Belanda.
Tujuan Indische Partij buat membangun patriotisme semua Indiers pada Tanah Air terpengaruh juga dengan cita-cita nasionalisme yang kokoh seperti berbagai organisasi pergerakan nasional lain yang keanggotaannya terdiri dari berbagai suku bangsa, seperti Serikat Ambon, Serikat Minahasa, Partai Tionghoa Indonesia, Serikat Selebes, dan lainnya.
Demi mencapai tujuan tersebut, Indische Partij pun memakai beberapa sarana yang mendukung, seperti media majalah Het Tijdschrifc dan juga surat kabar De Expres yang dipimpin Douwes Dekker. Indische Partij berusaha keras mendobrak kenyataan politik rasial yang dijalankan pemerintah kolonial saat itu dengan membangkitkan rasa kebangsaan serta cinta Tanah Air Indonesia.
Indische Partij berakhir saat Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo ditangkap pemerintah Belanda dengan alasan Indische Partij dianggap mengganggu serta mengancam ketertiban umum. Mereka pun dibuang ke berbagai daerah hingga akhirnya mereka dibuang ke Belanda.
- Perhimpunan Indonesia
Sebelum diberi nama Perhimpunan Indonesia, nama saat awal didirikan adalah Indische Vereeniging yang dengan pelopornya Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Beberapa mahasiswa yang terlibat aktif dalam organisasi ini diantaranya adalah R. Pandji Sosrokartono, Natadiningrat, Abdul Rivai, Gondowinoto, Radjiman Wediodipuro atau Wediodiningrat serta Brentel.
Tujuan pembentukan organisasi Indische Vereeniging adalah demi memajukan kepentingan bersama orang-orang yang berasal dari Indonesia. Salah satu sarana yang mereka gunakan buat menyuarakan idealisme mereka adalah majalah Hindia Poetra.
Iwa Kusumasumantri selaku ketua baru yang ditunjuk saat Rapat Umum bulan Januari 1923 menjelaskan tiga asas pokok atau dikenal dengan sebutan Manifesto Politik sebagai berikut:
- Indonesia mau menentukan nasib sendiri.
- Agar dapat melakukan hal tersebut, maka bangsa Indonesia mesti mengandalkan kekuatan serta kemampuan sendiri.
- Dengan tujuan utama anti-kolonialisme atau melawan Belanda, maka bangsa Indonesia mesti bersatu.
Seiring perkembangan politik organisasi ini, sekitar tahun 1924 mereka kemudian mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging yang diikuti dengan perubahan nama Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.