Pasukan KKo AL bergerak untuk merebut lapangan terbang Mapanget (sekarang bandara Sam Ratulangi, Manado). Perhatikan senapan standar KKo pada masa itu, FN49 buatan Belgia. Perhatikan juga infrastruktur jalan tanah di foto tersebut. Kondisi infrastruktur di daerah pada masa itu sangat spartan sehingga akses utama ke lapangan terbang utama saja masih memprihatinkan.
Foto amunisi super bazooka yang disita oleh pasukan KKo AL dari pasukan Permesta. Adanya senjata ini merupakan bukti bahwa Permesta dibantu oleh kekuatan asing. TNI pada masa tersebut tidak memiliki arsenal M20 Super Bazooka. Senjata ini jika ditembakkan bisa menembus baja kendaraan tempur kavaleri TNI hingga ketebalan 28 cm.
Foto Letkol John Lie, pimpinan Task Force AT-25 TNI AL yang melakukan pendaratan di pantai Kema. John Lie (Lie Tjeng Tjoan alias Jahja Daniel Dharma – pangkat terakhir Laksamana Muda), yang dilahirkan dan besar di Manado harus memimpin pasukan pendarat untuk bertempur melawan saudara saudara satu tanah kelahirannya. Saat itu dia mengkomandani RI Gadjah Mada, sebuah destroyer N Class eks Angkatan Laut Belanda.
Foto kedatangan Kolonel Gatot Subroto di lapangan terbang Tolotio Gorontalo untuk meninjau operasi penumpasan pemberontakan Permesta. Perhatikan tulisan pada atap bangunan, suatu budaya yang hingga sekarang sulit dihilangkan pada bangunan bangunan instansi sipil dan militer. Bagaikan surat undangan pada JDAM. (Klik dibawah untuk ke halaman berikutnya).
Foto bangkai kapal tangker milik inggris yang ditenggelamkan oleh bomber Permesta. Saat itu, di Balikpapan terdapat kilang minyak milik Shell/BPM. Shell/BPM mendapatkan konsesi dari pemerintah untuk mengolah minyak di Balikpapan dan menjualnya. Pada tanggal 28 April 1958, Pesawat A-26 AUREV Permesta yang diterbangkan oleh William Beale menyerang pelabuhan Balikpapan dan menenggelamkan kapal tanker MV San Flaviano dan kapal perang TNI AL Korvet RI Hang Tuah. Penenggelaman MV San Flaviano mengakibatkan pemerintah Inggris mengirimkan protes ke pemerintah Amerika Serikat dan pada akhirnya petinggi pemerintahan Amerika menekan CIA agar tidak lagi mentargetkan target target non militer dalam aksi liarnya.
PBY-5A berkelir hitam legam milik perusahaan penerbangan CAT di Clark Field, pangkalan Amerika Serikat di Filipina. Pesawat ini aktif dalam perannya sebagai bagian dari AUREV. CAT sendiri merupakan “perusahaan penerbangan” yang melakukan operasi operasi klandestin CIA di wilayah Asia Tenggara. Catalina ini bertugas sebagai pesawat observasi sekaligus pesawat dukungan logistik. Pada tanggal 13 Mei 1958, pesawat Catalina yang dioperasikan AUREV Permesta ini dihancurkan Angkatan Udara Republik Indonesia di lapangan udara Mapanget, Manado. Perhatikan latar belakang pesawat, terdapat pesawat angkut C-46 dan C-47.
Pasukan KKo memasuki lapangan udara Langowan (Kalawiran?). Tampak papan bertuliskan Komando Angkatan Udara Revolusioner. Jika benar lapangan udara langowan=lapangan udara kalawiran, maka saat ini lapangan udara ini berlokasi di pos TNI AU Kalawiran. AUREV menggunakan lapangan udara Mapanget, Lapangan udara Langowan dan Lapangan udara Tasuka sebagai basis operasinya.