Diawali datangnya unit – unit pesawat pembom strategis jarak jauh Handley Page Victor dan Avro Vulcan, maka genaplah sudah upaya AU Inggris melindungi negeri bekas koloni nya ini dari ancaman aset udara kekuatan militer Indonesia. Awalnya, unit pesawat pembom strategis Victor yang datang ke wilayah semenanjung Malaya ini berasal dari Skuadron No. 15 yang bermarkas di Cottesmore. Kemudian saat diadakan rotasi, dikirimkan armada pesawat pembom strategis jarak jauh Avro Vulcan untuk menggantikan posisi Victor sebagai kekuatan “V-Bomber” di semenanjung Malaya.
Pada rotasi tersebut, ditemukan adanya kendala teknis terutama masalah pada mesin yang membuat armada pesawat pembom strategis jarak jauh Avro Vulcan yang merupakan bagian dari Skuadron No. 12 tersebut ditarik. Iklim tropis yang terjadi di Asia Tenggara merupakan kendala yang rupanya cukup untuk memaksa AU Inggris menarik armada Avro Vulcan mereka kembali ke tanah Inggris, untuk selanjutnya kembali mengerahkan Handley Page Victor sebagai kekuatan bomber strategis jarak jauh mereka di Malaysia. Adapun unit Victor yang menggantikan Vulcan di semenanjung Malaya yakni unit pesawat dari Skuadron No. 55 dan 57 yang bermarkas di Honington.
Unit-unit detasemen pesawat pembom strategis asal Inggris ini kemudian ditempatkan di pangkalan udara AU Inggris di RAF Tengah, Singapura dan pangkalan AU Australia di RAAF Butterworth, Penang, Malaysia.
Dalam penugasannya, unit pembom strategis Victor digunakan sebagai “kartu As” Inggris jika daratan Malaysia sampai di bom oleh pesawat – pesawat pembom AURI kala itu (Tu-16 Badger). Selain menjadi penggentar bagi unsur militer Indonesia, unit – unit pembom strategis asal Inggris tersebut juga diberi tugas untuk melakukan patroli pengintaian maritim guna mencegah masuknya unsur sukarelawan dari Indonesia yang melakukan infiltrasi ke wilayah – wilayah Malaysia saat itu melalui jalur laut dan udara.
Dalam masa penugasan di wilayah Konfrontasi, para pengawak pesawat pembom strategis AU Inggris tersebut juga melakukan serangkaian latihan tempur. Termasuk diantaranya latihan tempur yang dilaksanakan untuk menurunkan moral dan semangat juang kubu Indonesia, yakni demonstrasi pengeboman skala besar dengan mempertontonkan kemampuan utama pembom strategis Handley Page Victor ini, membawa beban muatan maksimal 35 unit bom yang masing-masing memiliki berat 1.000 pon. Ini adalah salah satu demonstrasi dari dua kemampuan utama pembom strategis asal Inggris tersebut, selain kemampuan utamanya menjadi pembom nuklir.
Maritime Radar Recconnaissance, Misi Tambahan Pembom Inggris Di Malaya
Selain bertindak sebagai elemen balasan jika terjadi invasi besar-besaran atau pengeboman strategis terhadap wilayah daratan Malaya, Detasemen pembom nuklir Handley Page Victor juga melakukan misi pengintaian maritim terhadap adanya kemungkinan penambahan kekuatan militer di perairan Indonesia dan kemungkinan adanya upaya-upaya penyusupan sukarelawan dari Indonesia melalui wilayah laut dan udara. Misi – misi Maritime Radar Recconnaissance atau yang biasa disingkat MRR ini dilaksanakan dengan menerbangkan unit – unit pembom strategis Handley Page Victor menuju wilayah udara yang berbatasan dengan wilayah udara Indonesia.
Para pilot pesawat pembom strategis tersebut dituntut mampu membawa pesawat mendekat sedekat mungkin dengan wilayah RI tanpa terdeteksi sistem pertahanan udara milik Republik Indonesia. Sebuah tantangan yang apabila dapat dilaksanakan dengan baik maka akan membuahkan hasil berupa data intelijen tentang dislokasi, konsentrasi, serta pergerakan unsur militer dan sukarelawan Indonesia.
Pelaksanaan misi MRR dilakukan dengan taktik terbang tinggi dimana sistem pertahanan udara milik Indonesia tidak dapat mendeteksi keberadaan pesawat pembom tersebut melalui pantauan radar dan pantauan visual dari mata. Ini dikarenakan pesawat terbang di ketinggian yang cukup tinggi yakni diatas 50.000 kaki dari permukaan laut.
Dengan melaksanakan misi MRR, pihak Inggris dapat mengetahui dengan mudah apabila terjadi penambahan kekuatan militer Indonesia di sekitar wilayah Konfrontasi. Selain itu, apabila akan terjadi upaya penyusupan sukarelawan dari Indonesia ke daratan Malaysia, juga dapat diketahui lebih cepat melalui misi penerbangan MRR yang dilaksanakan oleh unit – unit Victor dari detasemen bomber ini.
Pitot Static System Membeku Ditengah Badai
Sebuah kisah menarik terjadi pada salah satu unit pembom Victor ini saat sedang dalam perjalanan kembali ke pangkalan setelah melakukan misi MRR tersebut. Suatu ketika saat sebuah pesawat pembom strategis Victor ini selesai melaksanakan MRR dan sedang dalam perjalanan kembali ke pangkalan, di ketinggian lebih dari 50.000 kaki, para pengawak pesawat pembom ini bertemu dengan badai tropis.
Masalah datang bukan hanya dari hadirnya badai tropis yang memaksa pengawak pesawat untuk berusaha lebih keras agar pesawat dapat kembali ke pangkalan dengan selamat, tetapi juga timbulnya pembekuan / icing yang cukup parah pada perangkat Pitot Static System yang dipasang di pesawat tersebut. Perangkat Pitot Static System yang dipasang pada suatu pesawat berguna sebagai alat pendeteksi yang mampu memberikan informasi penting mengenai airspeed / kecepatan udara, altitude / ketinggian, serta Mach number / bilangan Mach. Perangkat Pitot Static System yang dipasang pada pembom Handley Page Victor hanya dipanaskan oleh sistem pemanas bertenaga listrik arus DC saja.
Karena pesawat terjebak dalam badai, maka perangkat Pitot Static System mengalami pembekuan yang parah hingga membuat lubang – lubang pada Pitot Tube tertutup lapisan es. Ini berbahaya bagi pilot dan pengawak pesawat karena mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa kecepatan mereka saat ini, berada pada ketinggian berapakah mereka saat ini, yang membuat mereka kesulitan untuk mendaratkan pesawat kembali ke pangkalan. Tanpa informasi yang pasti mengenai kecepatan serta ketinggian mereka, hanya kemampuan dasar dalam menerbangkan pesawat secara manual-lah yang dapat membantu mereka kembali dengan selamat ke pangkalan.
Tes Instrument Rating Dibantu Avro Lancaster
Sebuah bantuan kecil datang dalam wujud yang unik. Menghadapi adanya kemungkinan kejadian membekunya pitot static system terulang dikemudian hari, para pilot penerbang pesawat pembom Handley Page Victor yang tergabung dalam unsur detasemen pembom yang disiagakan selama Konfrontasi mulai kembali berlatih terbang hanya mengandalkan perangkat instrumentasi yang ada di kokpit pesawat. Sehubungan dengan ini, perlu diadakan serangkaian latihan dan uji terbang Instrument Rating bagi pilot pesawat pembom Victor yang tergabung dalam detasemen bomber tersebut.
Bantuan datang dari sebuah pesawat pembom berat era Perang Dunia ke II, Avro Lancaster. Pada awal bulan Mei 1965, sebuah Avro Lancaster terbang dari RAAF Butterworth dengan tujuan ke Kolkata, India, dalam sebuah perjalanan panjang yang dimulai dari Australia menuju ke bandara Biggin Hill di kota London, Inggris. Pada waktu itu, pesawat itu ialah pesawat pembom Avro Lancaster terakhir di dunia yang masih bisa terbang. Pesawat dengan registrasi G-ASXX tersebut membantu tim pilot dari detasemen pembom nuklir Handley Page Victor yang ditempatkan di semenanjung Malaya tersebut untuk melakukan uji Instrument Rating yakni latihan terbang dengan hanya mengandalkan perangkat instrumentasi di kokpit pesawat.
Dalam penerbangan menuju Kolkata tersebut, Avro Lancaster itu bertindak sebagai observer atau pengawas yang mengukur tingkat keberhasilan uji terbang Instrument Rating yang dilaksanakan oleh pilot pesawat pembom nuklir Handley Page Victor tersebut. Formasi terbang terdiri dari tiga unit pesawat, didepan, adalah Avro Lancaster, sedang di sisi kiri belakang, adalah pembom Handley Page Victor, dan di sebelah kanan belakang, adalah pembom taktis English Electric Canberra.
Kini, sang Avro Lancaster penolong detasemen pembom nuklir RAF di Malaya tersebut telah pensiun dan dapat dilihat di Lincolnshire Aviation Heritage Centre yang berada di East Kirkby, Inggris. Avro Lancaster ini kemudian mendapat nama julukan (Nickname) “Just Jane”.
Wall Of Water, Ketika Victor Jatuhkan Muatan Bom Maksimal Untuk Terakhir Kalinya