Laporan Khusus: Kisah Perang Cyber China Terhadap Amerika – HobbyMiliter.com. Nyaris setiap negara besar saat ini mempunyai unit unit militer dan intelijen khusus yang menangani peperangan cyber. Dan beberapa kisah dari peperangan yang tidak terlihat mata ini mulai muncul ke permukaan, baik terkonfirmasi maupun tidak. Contoh yang diakui antara lain adalah pernyataan pejabat Amerika mengenai serangan cyber militer Amerika yang beberapa jam melumpuhkan sistem pertahanan udara Iran setelah pembatalan serangan balasan atas ditembak jatuhnya drone Amerika tempo hari.
Sedangkan yang tidak dikomentari contohnya adalah serangan virus canggih STUXNET yang secara spesifik mentarget SCADA dan PLC merk tertentu yang menjalankan kegiatan tertentu yang ternyata banyak digunakan dalam pengayaan uranium di Iran di era 2010-2011. STUXNET diperkirakan oleh ahli network security sebagai buah tangan team peperangan cyber Israel.
China pun saat ini ditengarai mempunyai unit unit tentara cyber yang selama 1 dekade terakhir menjalankan peperangan cyber dengan target target perusahaan dan militer Amerika dengan serangan serangan cyber stealth yang terstruktur, sistematis dan masif. Hal ini diungkap oleh Reuters dalam laporan khususnya.
Perusahaan telekomunikasi besar Erricson mengalami lima kali serangan dalam perang cyber yang ditengarai dilakukan pasukan cyber China di era 2014 hingga 2017. Pada tahun 2016 Erricson menemukan perusahaannya diserang secara besar besaran kembali, setelah selama 2014-2015 berhasil menahan gelombang gelombang serangan. Dan di 2016 ini, team cyber security dari Erricson akhirnya menemukan celah masuk dari serangan ini, dari koneksi ke salah satu supplier IT services mereka, Hewlett Packard Enterprise.
Ditengarai, team hacker yang berafiliasi ke kementerian keamanan dalam negeri China sudah berhasil menembus sistem cloud computing milik Hewlett Packard Enterprise dan menjadikan sistem cloud computing HPE tersebut sebagai basis peluncuran kode kode jahat untuk menyerang klien klien yang berhubungan dengan HPE, termasuk perusahaan perusahaan besar di Amerika, dan melakukan pencurian data rahasia perusahaan dan data rahasia pemerintahan selama bertahun tahun sebelum terdeteksi. Tim hacker ini dinamai oleh korbannya sebagai “Cloud Hopper.”
Dalam penyelidikannya dalam kasus Cloud Hopper ini, team kejaksaan Amerika Serikat akhirnya menuntut dua orang berkebangsaan China dengan tuduhan fraud dan pencurian identitas. Jaksa penuntut menggambarkan bahwa Cloud Hopper ini sudah berhasil mentarget beberapa perusahaan besar, tanpa menyebut nama nama perusahaan yang menjadi korban tersebut. Dalam penyelidikan mandirinya kala itu, Reuters mengidentifikasi dua korban yang berhasil ditembus oleh hacker China tersebut: Hewlett Packard Enterprise dan IBM.
So.. kekhawatiran AS bukannya tanpa alasan.
Wihhh hekeelll….
Perang intelijen memakai sistem android… Gitu ya