Thursday, November 21, 2024
HomeMiliterAnalisis MiliterPembangunan Kekuatan TNI AL Jaman Orde Baru, Armada Kaleng Kaleng?

Pembangunan Kekuatan TNI AL Jaman Orde Baru, Armada Kaleng Kaleng?

PKR KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355 di Belanda
PKR KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355 di Belanda

Kemudian beruntun datang Kapal Cepat Rudal dari Korea Selatan. Kapal yang dinegeri asalnya di namai Patrol Ship Killer ini juga dipersenjatai rudal Exocet. Indonesia membeli 4 unit KCR ini. Dibanding dengan KCR 60M jaman now yang cuma melesat 28 knot di kondisi tertentu, KCR yang dibeli oleh pemerintah orde baru ini lebih superior. Dengan ditenagai oleh mesin kombinasi diesel dan turbin gas, Kapal Cepat Rudal ini sungguh sungguh memiliki kemampuan yang digariskan oleh kata “Cepat” dalam singkatan KCR.

KRI Mandau bisa ngebut hingga 41 Knot, jauh jauh lebih cepat dari pada KRI Sampari 628 yang hanya 28 Knot saja. Dari sisi senjata pemukul, KCR yang diberi nama KRI Mandau 621, KRI Rencong 622, KRI Badik 623, dan KRI Keris 624 ini juga lebih superior. 4 rudal Exocet menjadi senjata pemukul utamanya. Bandingkan dengan rencana 2 rudal C705 yang melengkapi KCR 60M.

Belajar mengoperasikan radar langsung dari ahlinya
Belajar mengoperasikan radar langsung dari ahlinya

Penambahan 3 korvet rudal, 1 perusak kawal rudal dan 4 kapal cepat rudal ini tentu saja menambah firepower TNI AL berkali kali lipat dari Angkatan Laut negara tetangganya. Misalnya saja, dalam semesta yang lain KRI Irian harus berhadapan dengan KRI Mandau saja, bisa dipastikan KRI Mandau orde baru ini mempunyai firepower yang cukup untuk melumpuhkan KRI Irian dari jarak jauh dengan Exocetnya, sebelum KRI Irian mampu balas menembak dengan kanonnya. 

Pada akhir 80-an, Pemerintah orde baru kembali menambah kekuatan TNI AL dengan mendatangkan 6 fregat dari Belanda. Fregat yang kemudian dinamai Ahmad Yani Class ini dilengkapi dengan senjata pemukul utama berupa rudal Harpoon buatan Amerika Serikat. Rudal Harpoon ini ketika masih beroperasi mampu memukul musuh dari jarak lebih dari 120 kilometer.

BACA JUGA :  Surefire High Capacity Magazine - Magasen Gambot Andalan Kopaska
Belajar mengoperasikan radar langsung dari ahlinya
Belajar mengoperasikan radar kapal langsung dari ahlinya

Rudal ini sudah battle proven di tangan Iran dengan menenggelamkan beberapa kapal perang Irak di perang Irak – Iran. Sebaliknya satu fregat milik Iran juga ditenggelamkan oleh Amerika dengan rudal Harpoon juga. Selain itu juga pemerintah masih menambah armada fregat dari Tribal Class. KRI Martha Christina Tiahahu 331, KRI Wilhelmus Zakarias Yohannes 332 dan KRI Hasanuddin 333 adalah nama yang diberikan untuk 3 kapal fregat yang dibeli lengkap dengan helikopter Wasp ini.

Pengembangan kekuatan buatan dalam negeri juga diperhatikan dengan pembelian lisensi Fast Patrol Boat 57 dari Jerman yang kemudian sebagian dibuat di Indonesia. Kapal kapal ini menjadi Kapal Cepat Torpedo dan Kapal Cepat Rudal dengan senjata rudal Exocet.

BACA JUGA :  Slovakia Pilih Patria AMVXP IFV 8x8 Untuk Program BOV

Di area peperangan bawah air, hanya Indonesia yang mengoperasikan unit kapal selam canggih di kawasan pada periode tersebut pada periode 80-an. Indonesia membeli kapal selam kelas U209 dari Jerman pada awal 80-an yang hingga sekarang masih aktif. Malaysia baru mempunyai kapal selam pada tahun 2005 dan Singapura baru memiliki kapal selam pada 2001.

KRI AHP 355
KRI AHP 355

Bisa dibilang, selama periode akhir tahun 70-an hingga pertengahan tahun 90-an, TNI Angkatan Laut adalah kekuatan maritim terkuat dikawasan ini. Di saat kapal kapal kombatan dari KCR, korvet hingga fregat TNI AL sudah dilengkapi dengan Excocet dan Harpoon, barulah Malaysia mengejar dengan melengkapi armadanya dengan hanya 2 korvet berudal.

BACA JUGA :  John Kerry: AS Bersatu Dengan Sekutunya Soal Laut Cina Selatan

Singapura sendiri memasuki zaman rudal anti kapal baru di era pertengahan 90-an dengan masuknya korvet RSS Victory dengan rudal Harpoon di armadanya. Itu belum ditambah fakta bahwa hanya TNI AL yang mempunyai kapabilitas ofensif dengan memiliki 2 divisi pasukan Marinir, lengkap dengan LST yang dibeli dari Amerika, Jepang dan Korea Selatan. Bahkan, masih banyak juga gun boat dari orde lama yang masih beroperasi, termasuk diantaranya kapal selam KRI Pasopati yang kemudian di museumkan di Surabaya.

Jadi, bila dibilang bahwa kekuatan TNI AL tidak mengalami peningkatan kekuatan di zaman orde baru dan selalu berada dibawah bayang bayang ‘jaman keemasan’ 60-an, tentu saja tidak benar. Bisa dibilang, kekuatan maritim Indonesia di penghujung tahun 70-an hingga awal 90-an adalah masa terbaik bagi pengembangan kekuatan TNI AL.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

26 COMMENTS

  1. jaman orde baru tdk ada satu pulaupun yg lepas dari nkri .coba jmn selanjutnya .kekuatan suatu negara tdk hanya tergantung pd alutsista sj tp juga kepemimpinan/prediden sangat berpengaruh.

    • elu ngomong apaan tong?? komentar yg memaksa antara politik dgn militer.
      ya gini ini kalau tutup botol dikasih nyawa, geblegh-nya minta ampyuuuuun

  2. pertanyaanx lebih tangguh mana lbh di segani mana lbh beribawa mana ketika tuan ku bapak H.soehartoe jd presiden di masa orba dengan presiden setelah orba/reformasi,,terutama di bandingkan dng pemimpin rezim saat ini.

  3. Jaman orde Baru / jaman peralihan orla, AL itu gak terlihat peran nya di publik.

    Malahan, Banyak Militer Aktif AL yang masih setia sama soekarno semisal yang paling mencolok gubernur Ali Sadikin.

  4. alat perang jaman trikora warisan orla baru diakui dunia paling besar dibumi belahan selatan.orba berkuasa boro2 mau ngerawat,yang ada malah dipretelin sampe gak bs fungsi lagi.setelah itu mana ada kita kuat dengan daya detern yang tinggi.

    • Kata siapa ?? Mana artikel luar negri yg menyatakan seperti itu ?? Belanda lari dari papua saja karena Usa sdh melakukan deal deal dgn Soekarno yg sekarang jadi Freeport Garsberg.. tanpa di iming imingi itu mustahil belanda angkat kaki dr papua..
      Perjanjian nya : Usa boleh menambang Garsberg sampai habis tapi hanya wilayah garsberg saja, selain dari itu semua milik NKRI.
      Dan rezim soeharto demi menutupi ini (agar nama proklamator tetap harum) membuat cerita seolah militer kita terkuat di bumi selatan.
      Faktanya jika kita cerdas sedikit saja kita bisa membandingkan Kasus perebutan papua dengan perebutan semenanjung malaya, waktu NKRI vs malaysia/inggris.. toh inggris tdk lari sama sekali.. padahal militer kita “katanya” terkuat dibumi selatan.. entah katanya siapa..
      hahaha.

  5. jaman orba tu jaman keemasan Indonesia,gemah ripah loh jinawi,toto titi tentrem kerto raharjo..saya adalah rkyat yg pernah hidup di jaman Pak Harto…semua pulau2 sengketa tak akan prnah lepas dari NKRI..

  6. Top memang era 70-90an…alutsista kri nya mumpuni…sampai sekarangpun masih gahar , kelas pkr kri owa , blm ada penggantinya ,mungkin penggantinya nunggu pkr martadinata komplit persemnjataannya.Jalesveva Jayamahe.

  7. Kan tergantung prioritasnya saat itu. Yang diutamakan “pembangunan ekonomi”, bukan kekuatan militer. Buat apa punya senjata serba wah, dari serba utang lagi, tapi rakyatnya miskin. Duit pampasan perang dibelikan senjata dan dibuatkan proyek mercusuar pencitraan sementara ekonomi morat marit, buat apa? Mau nyontoh Korut? Lagipula saat itu gak ada yang dianggap ancaman besar. Soviet sibuk di Eropa dan Timteng, dan juga saling cakar dengan RRC. RRC yang ekspansionis masih berkutat sendiri di dalam negeri lewat proyek edan revolusi kebudayaan dan main faksi faksian dalam elitnya. Komunisme, pki, sudah 9/10 mampus. Duri dalam daging Timor Portugis masuk kotak tahun 75. Lagipula Orba sibuk konsolidasi ke dalam. Makanya kekuatan militer diminimkan. Pasukan tempur “cukup” 100 batalyon, “sisanya” (mayoritas mlahan) maen di “pembinaan teritorial”. Alutsista juga otomatis ikut minim. Beli apa apa serba ketengan, asal gak ketinggalan jaman saja. Saat itu Minimum Essential Force nya juga ngikutin persepsi ancaman dari luar. Kalo dianggap minim ya ‘force’nya juga ikut minim.

  8. Bismillah nga ada salahnya TNI AL pesan 10 kapal KCR kapal destroyer digalangan PT.PAL dan pindad buat sistem persenjataannya,bisa merangkul rusia,india dan yang penting lahan kerja buat rakyat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

Korps Marinir TNI AL Terima MLRS Type 90B Buatan NORINCO China

Korps Marinir TNI AL Terima MLRS Type 90B Buatan NORINCO China

1
HobbyMiliter.com - Korps Marinir TNI AL Terima MLRS Type 90B Buatan NORINCO China. Diam - diam, Korps Marinir TNI AL kembali menambah jumlah alat utama sistem...