Di era orde lama ini, sering dianggap sebagai jaman keemasan Angkatan Laut Republik Indonesia, dimana di orde baru banyak dianggap lebih condong ke Angkatan Darat dan menganaktirikan pembangunan kekuatan Angkatan Laut, bahkan meminimalisir alutsista Angkatan Laut sehingga armada TNI AL di era orde baru diistilahkan anak jaman now sebagai kaleng kaleng. Benarkah demikian?
Setelah orde lama runtuh dan digantikan oleh orde baru, memang supply sparepart dari Uni Soviet sempat berhenti. Uni Soviet sempat menarik diri dari Indonesia, pertama karena berpalingnya Indonesia dari poros Jakarta-Moscow menjadi Jakarta-Peking (sebutan Beijing di masa itu). Di era 60-an, walaupun sama sama negara Komunis, Uni Soviet berseteru dengan China, bahkan sempat terjadi perang singkat antara keduanya. Kedua karena pemerintah orde baru memang condong menghapuskan pengaruh pengaruh komunis di tahun tahun awal pemerintahannya.
Namun pada normalisasi hubungan diplomatik di akhir era 60-an dan awal tahun 70-an, Uni Soviet setuju menjual sparepart alutsista militer hanya saja hanya mau menerima pembayaran secara cash keras alias tunai langsung lunas. Sedangkan untuk hutang hutang alutsista orde lama, pemerintah orde baru setuju untuk tetap membayarkannya setelah direstrukturisasi dan dipanjangkan termin pembayarannya menjadi 30 tahun dari tahun 1970.
Salah satu akibat dari normalisasi tersebut, sebagian besar armada eks-Soviet masih bisa berdinas di TNI Angkatan Laut hingga era tahun 80-an. Hingga digantikan oleh armada armada yang lebih modern.
Setelah 10 tahun-an berkutat memperbaiki kondisi ekonomi negara dengan membuat PELITA 1 dan PELITA 2, dengan ekonomi yang jauh lebih kuat dari pada era 60-an, di akhir era 70-an dan awal 80-an lah pemerintah orde baru mulai membangun kekuatan militernya. Itu dilakukan karena pondasi ekonomi yang sudah kuat sehingga bisa melakukan spending ke militer, ditambah adanya kenaikan harga minyak dunia di era tersebut.
Di awali dengan pembelian kapal Destroyer Escort (Indonesia – Perusak Kawal) dari Amerika Serikat. 4 kapal perang bekas pakai US Navy ini dibeli pemerintah untuk mempertahankan kemampuan TNI AL. Kapal kapal ini di Indonesia diberi nama KRI Samadikun 341, KRI Martadinata 342, KRI Mongisidi 343 dan KRI Gusti Ngurah Rai 344. Kapal kapal ini juga menjadi andalan TNI AL dalam operasi militer di Timor Timur. KRI Martadinata 342 memberikan bantuan tembakan dari laut untuk mendukung operasi Seroja.
KRI Mongisidi 343 juga melakukan show of force di depan pelabuhan Dilli sambil mengevakuasi konsulat RI di Dilli. Setelah era 60-an melakukan operasi blokade laut ke Kuba dan menghadapi kapal kapal Uni Soviet sewaktu masih dimiliki US Navy, kapal kapal ini pun di era 70-an dan 80-an melakukan operasi blokade laut untuk menyekat penyelundupan senjata gelap ke Timor timur ketika beroperasi di TNI AL. Kapal kapal ini digunakan oleh TNI AL hingga era tahun 2000-an.
Kemudian pemerintah melakukan pembelian korvet baru gress yang dinamai kelas Fatahilah. Pada masa korvet ini datang, Indonesia menjadi satu satunya negara yang memiliki korvet bersenjata rudal canggih di kawasan. Dengan rudal Exocet yang kemudian ditangan Argentina berhasil menenggelamkan destroyer Inggris HMS Sheffield di Perang Falkland dan ditangan Irak berhasil melumpuhkan destroyer Amerika USS Stark di Perang Irak – Iran, kapal ini menjadi booster kekuatan maritim Indonesia.
Indonesia membeli 3 kapal jenis ini dari Belanda yaitu KRI Fatahilah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363. Bersama dengan kapal ini juga dibeli Full Function Simulator untuk melatih para awaknya. Adanya kapal ini menjadikan Indonesia unggul diantara tetangga tetangganya. Malaysia, Thailand dan Singapura sendiri saat itu masih mengoperasikan gun boat. Apapun kapalnya, fregat, korvet, senjatanya hanya kanon saja. Sehingga bisa dibilang TNI AL sudah outgunned AL lain di kawasan.
Tidak pakai lama, Indonesia juga membeli Fregat latih KRI Ki Hajar Dewantara dari Yugoslavia. Lagi lagi, kapal ini walau predikatnya sebagai kapal latih, tetap dipersenjatai dengan rudal exocet.
si mbah masih kuat sampe sekarang.ni kapal sama dri tahun berapa?
jaman orde baru tdk ada satu pulaupun yg lepas dari nkri .coba jmn selanjutnya .kekuatan suatu negara tdk hanya tergantung pd alutsista sj tp juga kepemimpinan/prediden sangat berpengaruh.
elu ngomong apaan tong?? komentar yg memaksa antara politik dgn militer.
ya gini ini kalau tutup botol dikasih nyawa, geblegh-nya minta ampyuuuuun
pertanyaanx lebih tangguh mana lbh di segani mana lbh beribawa mana ketika tuan ku bapak H.soehartoe jd presiden di masa orba dengan presiden setelah orba/reformasi,,terutama di bandingkan dng pemimpin rezim saat ini.
Log enak jaman ora yo kembalio nang jaman orba.log gwe ogah.
Kok jadi cenderung ke Politik ya ?
Artikel yang mencerahkan
Piye kabareee, enakan zamanku toh.
Jaman orde Baru / jaman peralihan orla, AL itu gak terlihat peran nya di publik.
Malahan, Banyak Militer Aktif AL yang masih setia sama soekarno semisal yang paling mencolok gubernur Ali Sadikin.
Saiki kaleng2 nek mbiyen temenan mbon
Klau kalimat admin sperti ini jaman orde baru bisa diculik situ Broo…????
Piye kabaree, enak toh zamanku….????
Lah Ahmad Yani saja lebih gede dari Martadinata kok
alat perang jaman trikora warisan orla baru diakui dunia paling besar dibumi belahan selatan.orba berkuasa boro2 mau ngerawat,yang ada malah dipretelin sampe gak bs fungsi lagi.setelah itu mana ada kita kuat dengan daya detern yang tinggi.
Kata siapa ?? Mana artikel luar negri yg menyatakan seperti itu ?? Belanda lari dari papua saja karena Usa sdh melakukan deal deal dgn Soekarno yg sekarang jadi Freeport Garsberg.. tanpa di iming imingi itu mustahil belanda angkat kaki dr papua..
Perjanjian nya : Usa boleh menambang Garsberg sampai habis tapi hanya wilayah garsberg saja, selain dari itu semua milik NKRI.
Dan rezim soeharto demi menutupi ini (agar nama proklamator tetap harum) membuat cerita seolah militer kita terkuat di bumi selatan.
Faktanya jika kita cerdas sedikit saja kita bisa membandingkan Kasus perebutan papua dengan perebutan semenanjung malaya, waktu NKRI vs malaysia/inggris.. toh inggris tdk lari sama sekali.. padahal militer kita “katanya” terkuat dibumi selatan.. entah katanya siapa..
hahaha.
jaman orba tu jaman keemasan Indonesia,gemah ripah loh jinawi,toto titi tentrem kerto raharjo..saya adalah rkyat yg pernah hidup di jaman Pak Harto…semua pulau2 sengketa tak akan prnah lepas dari NKRI..
Top memang era 70-90an…alutsista kri nya mumpuni…sampai sekarangpun masih gahar , kelas pkr kri owa , blm ada penggantinya ,mungkin penggantinya nunggu pkr martadinata komplit persemnjataannya.Jalesveva Jayamahe.
Dulu yang disegani oleh negara lain,, dan skr dimanfaati dan diketawai oleh negara lain.
Salah ketik itu maksudnya “bukan kaleng kaleng”
Mau kaleng2 mau kardus2… yg penting kekuatan nya… siapa yg berani sama indonesia waktu itu???…
hanya di jaman soeharto dan mahathir kawasan asean stabil
Wajar yak 32tahun soeharto kaya raya dan rakyatny melarat
Untuk RI irian bs d bilang kurang gemilang ah
Kalo skrg kardus min bukan kaleng lagi ..
KALENG2 TAPI SANGAT DISEGANI…TIMOR2 BUKTINYA…TAK ADA YG BERANI INTERVENSI TERMASUK AUSTRALIA
Kan tergantung prioritasnya saat itu. Yang diutamakan “pembangunan ekonomi”, bukan kekuatan militer. Buat apa punya senjata serba wah, dari serba utang lagi, tapi rakyatnya miskin. Duit pampasan perang dibelikan senjata dan dibuatkan proyek mercusuar pencitraan sementara ekonomi morat marit, buat apa? Mau nyontoh Korut? Lagipula saat itu gak ada yang dianggap ancaman besar. Soviet sibuk di Eropa dan Timteng, dan juga saling cakar dengan RRC. RRC yang ekspansionis masih berkutat sendiri di dalam negeri lewat proyek edan revolusi kebudayaan dan main faksi faksian dalam elitnya. Komunisme, pki, sudah 9/10 mampus. Duri dalam daging Timor Portugis masuk kotak tahun 75. Lagipula Orba sibuk konsolidasi ke dalam. Makanya kekuatan militer diminimkan. Pasukan tempur “cukup” 100 batalyon, “sisanya” (mayoritas mlahan) maen di “pembinaan teritorial”. Alutsista juga otomatis ikut minim. Beli apa apa serba ketengan, asal gak ketinggalan jaman saja. Saat itu Minimum Essential Force nya juga ngikutin persepsi ancaman dari luar. Kalo dianggap minim ya ‘force’nya juga ikut minim.
Bismillah nga ada salahnya TNI AL pesan 10 kapal KCR kapal destroyer digalangan PT.PAL dan pindad buat sistem persenjataannya,bisa merangkul rusia,india dan yang penting lahan kerja buat rakyat.