Pembangunan Kekuatan TNI AL Jaman Orde Baru, Armada Kaleng Kaleng? – HobbyMiliter.com. Dimata sebagian besar netizen, pembangunan kekuatan Angkatan Laut di era Orde Lama merupakan era yang sangat gemilang. Bagaimana tidak, pada masa itu kita cukup banyak mendatangkan kapal kapal perang dari berbagai negara. Sebut saja 2 fregat baru dan 2 korvet baru dari Italia. Sejumlah kapal cepat torpedo dan kapal pemburu ranjau dari Jerman Barat.
Kapal Patroli Pantai dan Landing Ship Tank yang direncanakan sebagai kekuatan penyerbu utama dalam mendaratkan pasukan di Irian dari Amerika Serikat. Landing Ship Tank dan Tender Kapal Selam dari Jepang. 2 Kapal Selam Whiskey bekas pakai dari Polandia. Tanker dari Inggris.
Dan terutama, barisan light cruiser, destroyer, fregat, penyapu ranjau, kapal selam kelas Whiskey dan kapal cepat rudal kelas Komar dari Uni Soviet. Tentu saja, sama seperti sekarang dan yang merupakan hal lumrah dalam transaksi keuangan antar negara, semuanya dibeli dengan hutang.
Kekuatan armada Angkatan Laut yang besar tersebut diadakan dalam rangka persiapan atas kemungkinan perang yang terjadi dalam kampanye Trikora dalam membebaskan Irian Barat dari penguasaan Belanda.
Tentu saja bagi kebanyakan netizen, yang menjadi bintangnya dari armada tersebut adalah KRI Irian 201. KRI Irian sering disebut sebut sebagai kapal kombatan terbesar yang dimiliki Republik Indonesia. Kapal yang dibeli dalam kondisi bekas ini asalnya adalah bagian dari armada Angkatan Laut Uni Soviet.
Nama aslinya adalah Ordzhonikidze, dari kelas Sverdlov. Kapal ini memang besar, panjangnya 210 meter. Senjatanya 12 pucuk meriam 152 mm dalam 4 turret. Ditambah 12 pucuk meriam 100 mm dalam 6 turret. Untuk pertahanan udaranya, kapal ini masih mengandalkan 32 pucuk meriam 37 mm. Persenjataan tersebut masih ditambah 10 tabung peluncur torpedo khas Soviet 533 mm.
Namun sayangnya, kapal yang dimaksudkan sebagai senjata penggentar armada Belanda di kampanye Trikora ini datang terlambat sama sekali. Sebagai hasil diplomasi, Belanda dan Indonesia menyetujui bahwa Irian Barat akan diserahkan ke badan khusus PBB bernama UNTEA sesuai usulan dari diplomat Amerika Ellsworth Bunker, yang kemudian akan menyerahkannya ke Indonesia.
Dan Indonesia wajib menyelenggarakan referendum, Irian ikut siapa? Dan dalam referendum yang diadakan, Irian ikut Indonesia. Perjanjian New York yang mengakhiri sengketa Indonesia – Belanda atas Irian Barat sudah ditandatangani pada 15 Agustus 1962. Sedangkan kapal KRI Irian 201 ini baru diserahterimakan dari Angkatan Laut Uni Soviet ke Angkatan Laut Republik Indonesia di tanggal 24 Januari 1963.
Pada masa perang Dunia ke 2 maupun beberapa masa masa sesudahnya, memang doktrin bigger-is-better berlaku di dunia peperangan maritim. Senjata meriam kaliber besar, pada kapal ukuran besar, seperti yang melengkapi KRI Irian, dapat menjangkau jarak yang cukup jauh dan menimbulkan kerusakan pada lapisan baja kapal lawan. Namun semuanya berubah di periode 60-an dengan diperkenalkannya senjata rudal anti kapal.
Pelajaran yang diterima Israel dari Mesir ketika kapal kombatan utamanya, Destroyer INS Eliat ditenggelamkan oleh rudal anti kapal Mesir di tanggal 21 Oktober 1967 menjadi pembuktian bahwa senjata senjata kaliber besar di atas kapal bisa dianggap sudah obsolete. Destroyer INS Eliat yang bobotnya nyaris 2000 ton, di tenggelamkan oleh rudal yang diluncurkan dari kapal yang bobotnya hanya 60-an ton saja.
si mbah masih kuat sampe sekarang.ni kapal sama dri tahun berapa?
jaman orde baru tdk ada satu pulaupun yg lepas dari nkri .coba jmn selanjutnya .kekuatan suatu negara tdk hanya tergantung pd alutsista sj tp juga kepemimpinan/prediden sangat berpengaruh.
elu ngomong apaan tong?? komentar yg memaksa antara politik dgn militer.
ya gini ini kalau tutup botol dikasih nyawa, geblegh-nya minta ampyuuuuun
pertanyaanx lebih tangguh mana lbh di segani mana lbh beribawa mana ketika tuan ku bapak H.soehartoe jd presiden di masa orba dengan presiden setelah orba/reformasi,,terutama di bandingkan dng pemimpin rezim saat ini.
Log enak jaman ora yo kembalio nang jaman orba.log gwe ogah.
Kok jadi cenderung ke Politik ya ?
Artikel yang mencerahkan
Piye kabareee, enakan zamanku toh.
Jaman orde Baru / jaman peralihan orla, AL itu gak terlihat peran nya di publik.
Malahan, Banyak Militer Aktif AL yang masih setia sama soekarno semisal yang paling mencolok gubernur Ali Sadikin.
Saiki kaleng2 nek mbiyen temenan mbon
Klau kalimat admin sperti ini jaman orde baru bisa diculik situ Broo…????
Piye kabaree, enak toh zamanku….????
Lah Ahmad Yani saja lebih gede dari Martadinata kok
alat perang jaman trikora warisan orla baru diakui dunia paling besar dibumi belahan selatan.orba berkuasa boro2 mau ngerawat,yang ada malah dipretelin sampe gak bs fungsi lagi.setelah itu mana ada kita kuat dengan daya detern yang tinggi.
Kata siapa ?? Mana artikel luar negri yg menyatakan seperti itu ?? Belanda lari dari papua saja karena Usa sdh melakukan deal deal dgn Soekarno yg sekarang jadi Freeport Garsberg.. tanpa di iming imingi itu mustahil belanda angkat kaki dr papua..
Perjanjian nya : Usa boleh menambang Garsberg sampai habis tapi hanya wilayah garsberg saja, selain dari itu semua milik NKRI.
Dan rezim soeharto demi menutupi ini (agar nama proklamator tetap harum) membuat cerita seolah militer kita terkuat di bumi selatan.
Faktanya jika kita cerdas sedikit saja kita bisa membandingkan Kasus perebutan papua dengan perebutan semenanjung malaya, waktu NKRI vs malaysia/inggris.. toh inggris tdk lari sama sekali.. padahal militer kita “katanya” terkuat dibumi selatan.. entah katanya siapa..
hahaha.
jaman orba tu jaman keemasan Indonesia,gemah ripah loh jinawi,toto titi tentrem kerto raharjo..saya adalah rkyat yg pernah hidup di jaman Pak Harto…semua pulau2 sengketa tak akan prnah lepas dari NKRI..
Top memang era 70-90an…alutsista kri nya mumpuni…sampai sekarangpun masih gahar , kelas pkr kri owa , blm ada penggantinya ,mungkin penggantinya nunggu pkr martadinata komplit persemnjataannya.Jalesveva Jayamahe.
Dulu yang disegani oleh negara lain,, dan skr dimanfaati dan diketawai oleh negara lain.
Salah ketik itu maksudnya “bukan kaleng kaleng”
Mau kaleng2 mau kardus2… yg penting kekuatan nya… siapa yg berani sama indonesia waktu itu???…
hanya di jaman soeharto dan mahathir kawasan asean stabil
Wajar yak 32tahun soeharto kaya raya dan rakyatny melarat
Untuk RI irian bs d bilang kurang gemilang ah
Kalo skrg kardus min bukan kaleng lagi ..
KALENG2 TAPI SANGAT DISEGANI…TIMOR2 BUKTINYA…TAK ADA YG BERANI INTERVENSI TERMASUK AUSTRALIA
Kan tergantung prioritasnya saat itu. Yang diutamakan “pembangunan ekonomi”, bukan kekuatan militer. Buat apa punya senjata serba wah, dari serba utang lagi, tapi rakyatnya miskin. Duit pampasan perang dibelikan senjata dan dibuatkan proyek mercusuar pencitraan sementara ekonomi morat marit, buat apa? Mau nyontoh Korut? Lagipula saat itu gak ada yang dianggap ancaman besar. Soviet sibuk di Eropa dan Timteng, dan juga saling cakar dengan RRC. RRC yang ekspansionis masih berkutat sendiri di dalam negeri lewat proyek edan revolusi kebudayaan dan main faksi faksian dalam elitnya. Komunisme, pki, sudah 9/10 mampus. Duri dalam daging Timor Portugis masuk kotak tahun 75. Lagipula Orba sibuk konsolidasi ke dalam. Makanya kekuatan militer diminimkan. Pasukan tempur “cukup” 100 batalyon, “sisanya” (mayoritas mlahan) maen di “pembinaan teritorial”. Alutsista juga otomatis ikut minim. Beli apa apa serba ketengan, asal gak ketinggalan jaman saja. Saat itu Minimum Essential Force nya juga ngikutin persepsi ancaman dari luar. Kalo dianggap minim ya ‘force’nya juga ikut minim.
Bismillah nga ada salahnya TNI AL pesan 10 kapal KCR kapal destroyer digalangan PT.PAL dan pindad buat sistem persenjataannya,bisa merangkul rusia,india dan yang penting lahan kerja buat rakyat.